OBJEK WISATA PANTAI
OBJEK WISATA PEGUNUNGAN
OBJEK WISATA KOTA
OBJEK WISATA TAMAN LAUT
WISATA KULINER DLL
Pengamat pariwisata Diyak Mulahela mengatakan, paket wisata Indonesia termasuk dalam golongan yang termurah di dunia. “Sebenarnya paket wisata di Indonesia termasuk termurah di dunia dan objek wisatanya beragam,” kata Diyak Mulahela di Jakarta, Jumat (6/11).
Diyak yang menjabat sebagai Direktur Lembaga Pengembangan Informasi Pariwisata (Lepita) itu mengatakan, dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, paket wisata di Indonesia terbukti jauh lebih murah.
Paket wisata di tanah air juga masih lebih ekonomis ketimbang Thailand yang selama ini gencar menawarkan wisata “value for money”. “Pilihan wisata di Indonesia beragam mulai dari wisata bahari, wisata budaya dan sejarah, wisata belanja, wisata sport, wisata kuliner, dan masih banyak yang belum tergarap dengan baik,” katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, tidak ada alasan untuk tidak menggencarkan promosi sektor pariwisata sebagai salah satu pilar penyumbang devisa terbesar di Indonesia.
Ia mendorong agar pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata terus melakukan “sales mission” dan memfasilitasi pelaku pariwisata mengikuti bursa promosi wisata yang kerap digelar di berbagai tempat. “Dengan semakin gencarnya promosi diharapkan akan terjadi ledakan kunjungan wisman ke Indonesia yang mau membeli paket wisata murah kita,” katanya.
Pihaknya juga berharap, dengan terdongkraknya jumlah kunjungan maka pada tutup tahun ini paling tidak target kunjungan wisman sebesar 6,5 juta tercapai. Dengan begitu proyeksi perolehan devisa sebesar 6,5 miliar dolar AS terealisasi.
“Saya juga minta ada kerja sama erat antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah juga industri pariwisata agar mampu mewujudkan Indonesia yang melayani, ramah, dan berbiaya murah,” katanya.
Pertumbuhan wisman ke Indonesia hingga kuartal ketiga tahun ini terbukti positif. Fakta itu menggembirakan mengingat sebagian besar sektor pariwisata di kawasan Asia Pasifik mengalami pertumbuhan pariwisata yang negatif bahkan beberapa negara favorit wisatawan seperti Singapura, Australia, Thailand, Jepang, dan Vietnam anjlok signifikan.
Sumber : KOMPAS.com (6 November 2009)
Diyak yang menjabat sebagai Direktur Lembaga Pengembangan Informasi Pariwisata (Lepita) itu mengatakan, dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, paket wisata di Indonesia terbukti jauh lebih murah.
Paket wisata di tanah air juga masih lebih ekonomis ketimbang Thailand yang selama ini gencar menawarkan wisata “value for money”. “Pilihan wisata di Indonesia beragam mulai dari wisata bahari, wisata budaya dan sejarah, wisata belanja, wisata sport, wisata kuliner, dan masih banyak yang belum tergarap dengan baik,” katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, tidak ada alasan untuk tidak menggencarkan promosi sektor pariwisata sebagai salah satu pilar penyumbang devisa terbesar di Indonesia.
Ia mendorong agar pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata terus melakukan “sales mission” dan memfasilitasi pelaku pariwisata mengikuti bursa promosi wisata yang kerap digelar di berbagai tempat. “Dengan semakin gencarnya promosi diharapkan akan terjadi ledakan kunjungan wisman ke Indonesia yang mau membeli paket wisata murah kita,” katanya.
Pihaknya juga berharap, dengan terdongkraknya jumlah kunjungan maka pada tutup tahun ini paling tidak target kunjungan wisman sebesar 6,5 juta tercapai. Dengan begitu proyeksi perolehan devisa sebesar 6,5 miliar dolar AS terealisasi.
“Saya juga minta ada kerja sama erat antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah juga industri pariwisata agar mampu mewujudkan Indonesia yang melayani, ramah, dan berbiaya murah,” katanya.
Pertumbuhan wisman ke Indonesia hingga kuartal ketiga tahun ini terbukti positif. Fakta itu menggembirakan mengingat sebagian besar sektor pariwisata di kawasan Asia Pasifik mengalami pertumbuhan pariwisata yang negatif bahkan beberapa negara favorit wisatawan seperti Singapura, Australia, Thailand, Jepang, dan Vietnam anjlok signifikan.
Sumber : KOMPAS.com (6 November 2009)